Oleh: Paris Djafar (Juru Bicara Bupati Boalemo)
Poota.id, Opini – Dalam setiap fase sejarahnya, Boalemo terus berjuang mencari pijakan yang kokoh, baik secara ekonomi, sosial, maupun geopolitik. Ketika Bupati Boalemo, Drs. Rum Pagau, menyatakan kesiapannya mendukung pembangunan satu Batalyon TNI AD di tanah Boalemo, hal tersebut bukan sekadar bentuk dukungan terhadap kebijakan pusat. Ini adalah langkah strategis, konkret, berani, dan berorientasi pada masa depan.
Kesungguhan tersebut tidak datang tiba-tiba. Sejak awal ketika program nasional 100 Batalyon digaungkan oleh Presiden Prabowo Subianto, komitmen untuk menjadikan Boalemo sebagai bagian dari strategi besar negara ini telah disampaikan. Bukan untuk menjadi penonton, tetapi untuk terlibat sebagai pelaku.
Lahan seluas 50 hektar yang disiapkan di Desa Piloliyanga bukan sekadar sebidang tanah kosong. Ia adalah wujud nyata dari visi membangun Boalemo dalam kerangka keamanan nasional, penguatan ekonomi rakyat, dan pembangunan berkelanjutan. Ini bukan sekadar simbol militer, tetapi representasi dari kehadiran negara yang nyata, dekat, dan produktif.
Pangdam XIII/Merdeka, Mayjen TNI Suhardi, menegaskan bahwa pembangunan Batalyon akan membawa dampak ekonomi yang signifikan. Satu batalyon dengan 1.000 personil diperkirakan menyumbang perputaran uang sekitar Rp5 miliar per bulan di wilayah Boalemo. Angka ini memiliki potensi besar untuk menggerakkan UMKM, membuka lapangan kerja baru, serta memperkuat ekosistem ekonomi lokal.
Lebih dari sekadar ekonomi, nilai strategis dari kehadiran Batalyon terletak pada penguatan daya tahan wilayah. Di tengah dinamika geopolitik yang kian kompleks, ketahanan tak hanya berarti senjata, namun juga mencakup infrastruktur, partisipasi publik, serta kehadiran negara dalam bentuk yang beragam.
Langkah Bupati Rum Pagau menunjukkan bahwa Boalemo mampu bersinergi dengan pemerintah pusat sekaligus memosisikan diri sebagai pionir pembangunan regional. Proses ini pun dijalankan secara demokratis, konstitusional, dan terbuka, dengan dukungan DPRD serta keterlibatan berbagai unsur masyarakat.
Sebagian pihak mungkin bertanya, mengapa harus Batalyon terlebih dahulu? Tidakkah masih banyak kebutuhan lain yang harus diutamakan? Pertanyaan itu sah adanya. Namun perlu ditegaskan bahwa keamanan, stabilitas, dan kemitraan dengan TNI merupakan fondasi dari pembangunan apa pun. Tanpa itu, pembangunan akan rapuh, seperti rumah yang berdiri di atas pasir.
Kehadiran Batalyon adalah investasi jangka panjang. Bukan hanya pada infrastruktur, tetapi pada rasa aman, rasa bangga, serta potensi ekonomi dan sosial yang terus tumbuh. Dengan langkah ini, Boalemo sedang menempatkan dirinya dalam peta kepentingan nasional. Ini adalah bentuk kesiapan untuk berperan, untuk berkembang, dan untuk maju bersama Indonesia.
Kepemimpinan semacam ini patut diapresiasi, sebuah langkah maju yang mungkin senyap dari sorotan, tetapi menyimpan dampak besar bagi masa depan. Boalemo tidak sedang mencari perhatian. Boalemo sedang membangun masa depan. (*)